Chapter Report; Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation
GURU SEBAGAI ADVISOR SISWA
A. Fokus Perhatian Guru
Ada
kebutuhan bagi para guru untuk dilibatkan secara langsung dalam bimbingan
perkembangan. Satu pendekatan yang paling inovatif untuk memenuhi kebutuhan ini
adalah melalui program-program di mana para guru ditunjuk untuk menjadi
pembimbing siswa dan mereka diberi tugas untuk membimbing sekelompok siswa.
Cara ini sering disebut dengan program ’advisor-advisee’ (pembimbing-yang
dibimbing) atau program ‘teacher-advisor’ (guru-pembimbing). Program ini
ditujukan untuk memberikan bimbingan dewasa berkelanjutan dalam sebuah sekolah
(Penkins 1977).
Konsep guru ‘advisor-advisee’
pertama kali diperkenalkan pada sekolah-sekolah menengah (Daresh & Pautsch
1981). Sekolah menengah memberikan penekanan pada bimbingan perkembangan. Siswa
tidak lagi berada dalam kelas dengan satu orang guru seperti ketika berada di
sekolah dasar. Sebaliknya, pada umumnya mereka bekerja dalam sebuah tim di mana
mereka dapat bertemu dengan guru-pembimbing secara reguler. (Alexander &
George, 1981; Michael, 1986).
Guru memiliki tugas akademis reguler
berdasarkan pada minat dan pelatihan, tetapi tiap guru juga memiliki satu
kelompok yang terdiri dari 20 siswa yang dibimbing. Jumlah siswa ini bisa
kurang atau lebih, tergantung pada jumlah keseluruhan siswa di satu sekolah dan
juga jumlah guru dan staf yang bersedia menjadi pembimbing siswa. Rasio yang
paling baik adalah sekitar 1-15 siswa, tetapi pada kenyataannya rasio ini dalam
beberapa kasus lebih rendah dan bisa mencapai 1-30 ketika ruangan dan
personalnya terbatas.
Tiap siswa diasumsikan membutuhkan
orang dewasa yang menyenangkan di sekolah yang bisa memahami dan perduli kepada
siswa secara pribadi. Pembimbing bertanggung-jawab untuk membantu siswanya
dalam mengatasi masalah perkembangannya. Hubungan pembimbing dengan siswanya
merupakan inti dari bimbingan di sebuah sekolah. (Myrick & Myrick, 1990).
Guru-pembimbing biasanya
bertanggung-jawab pada folder kumulatif siswa, folder kerja, pertemuan
guru-siswa, pertemuan orang-tua, pengalaman bimbingan kelompok, dan
menindaklanjuti laporan kemajuan akademis. Pembimbing juga berkonsultasi dengan
guru-guru lain, Konselor sekolah, dan membantu para staf berkenaan dengan
siswanya.
Bimbingan di sekolah menengah (SMP)
menerapkan konsep bimbingan perkembangan. Kurikulum bimbingan, yang sebagian
besar disampaikan dalam pertemuan ’homebase’, didasarkan pada asumsi bahwa ada
pengalaman bimbingan tertentu yang akan membantu siswa secara pribadi, sosial,
dan akademis. (Clark & Frith, 1983) Kurikulum tersebut dapat disusun ke
dalam unit-unit, dengan sesi bimbingan dalam setiap unitnya. Ada tujuan
bimbingan dan aktivitas bimbingan. Ketika ada waktu yang dijadwalkan untuk
membantu memenuhi kebutuhan bimbingan siswa, waktu di dalam kelas dari segi
studi akademis akan lebih produktif.
Satu unit bimbingan fokus pada topik tertentu. Unit-unit bimbingan disusun
berurutan sesuai dengan kalender bimbingan sekolah dan peristiwa-peristiwa
penting dalam satu tahun ajaran.
Tiap unit bimbingan dapat
disusun menurut skema umum enam sesi (S + 1). Di sini, siswa berperan dalam
kegiatan bimbingan selama lima sesi dan kemudian satu sesi digunakan untuk
membantu mengevaluasi unit tersebut. Hal ini mendorong guru-pembimbing untuk
melengkapi satu unit bersama dengan siswanya dalam waktu tiga minggu, bila
mereka bertemu dua kali dalam seminggu. Jika evaluasi pada sesi ke keenam
menunjukkan bahwa tujuan unit tidak tercapai atau perlu waktu lagi untuk
beberapa skill, maka sesi bimbingan tambahan dapat dijadualkan.
B. Guru dan Layanan BK Sekolah dalam Unit
Bimbingan Perkembangan – Teacher Advisor
Program (TAP)
Unit 1: Perkenalan
·
Membantu pembimbing dan anggota kelompok
untuk saling mengenal
·
Membangun hubungan dalam kelompok
·
Meletakkan dasar bagi pertemuan kelompok
pembimbing-siswa
·
Membantu siswa belajar bagaimana turut serta
dalam sebuah kelompok
·
Membantu siswa melakukan transisi yang
positif di sekolah
·
Mengevaluasi buku petunjuk sekolah dan
prosedur sekolah
Unit 2: Keahlian dan kebiasaan dalam belajar
·
Mengevaluasi keahlian dan kebiasaan
belajar seseorang
·
Mengembangkan waktu yang
efektif-perencanaan manajemen
·
Mempelajari dan mempraktekkan keahlian
mendengarkan di ruang kelas
·
Mengidentifikasi berbagai macam tes dan
situasi tes
·
Mempelajari cara-cara mengatasi rasa gugup
dalam tes
·
Memahami indeks prestasi kumulatif (IPK) dan
kartu laporan
·
Membahas keahlian sukses sekolah
Unit 3: Evaluasi diri
·
Mengidentifikasi tingkah laku dalam kelas
yang berkaitan dengan pencapaian
·
Mengidentifikasi kekuatan seseorang dalam bertingkah
laku di ruang kelas
·
Mengidentifikasi tingkah laku di ruang kelas
yang perlu ditingkatkan
·
Mengevaluasi hubungan guru-siswa
·
Mengevaluasi kelakuan sekolah, diri sendiri,
dan orang lain
·
Menetapkan tujuan dan belajar memonitor
kemajuan
·
Mengembangkan penghargaan dari perbedaan
pribadi
·
Mengidentifikasi minat, kemampuan, dan
keunikan seseorang
Unit 4: Keahlian berkomunikasi
·
Mengidentifikasi dan mempraktekkan keahlian
antar-pribadi yang berhubungan dengan kondisi dan model fasilitatif
·
Belajar bagaimana bersikap sensitif dan
”memasuki” orang lain
·
Belajar bagaimana menjadi pendengar yang baik
·
Belajar bagaimana mengklarifikasi dan
menggali ide
·
Belajar bagaimana bertanya dan menjawab
pertanyaan
·
Belajar cara-cara menghargai dan berhadapan
dengan orang lain
·
Mengidentifikasi tingkah laku yang menghambat
komunikasi yang efektif
·
Belajar bagaimana menjadi peserta kelompok
yang efektif
·
Belajar bagaimana tingkah laku seseorang bisa
berpengaruh terhadap orang lain
Unit 5: Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
·
Belajar mengambil keputusan dan memecahkan
masalah
·
Belajar bagaimana mengidentifikasi
pilihan-pilihan dan konsekuensinya
·
Mengidentifikasi dilema umum kaum remaja dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
·
Menunjukkan bagaimana keahlian pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah dapat diterapkan di rumah dan sekolah
·
Mempelajari konsekuensi karena tidak memenuhi
kewajiban sekolah dan kewajiban keluarga dan tanggungjawabnya
Unit 6: Hubungan antar teman
·
Mempelajari peranan laki-perempuan dan
stereotipe laki-perempuan dalam masyarakat
·
Mengembangkan cara-cara yang positif dalam
berinteraksi dengan teman
·
Mengenali kekuatan pengaruh teman
·
Mengevaluasi hubungan teman dan diri
seseorang
·
Belajar bagaimana mengembangkan persahabatan
·
Belajar cara-cara untuk bertahan dari
(menolak) tekanan teman yang tidak diinginkan
·
Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan dan
minat pribadi yang bisa mempengaruhi hubungan
Unit 7: Motivasi
·
Lebih menyadari akan minat, kebutuhan, dan
keinginan seseorang
·
Mengenali bagaimana percaya diri dan kelakuan
seseorang dihubungkan dengan cara mencapai tujuan
·
Mengenali nilai dari penetapan tujuan pribadi
·
Membedakan antara penghargaan intrinsik dan
ekstrinsik
·
Mengidentifikasi teknik-teknik motivasi,
seperti penetapan tujuan, monitoring, bicara dengan diri sendiri, langkah
nyata, dan berpikir positif
·
Menunjukkan bagaimana keahlian dan praktek
nyata berhubungan dengan kesuksesan
Unit 8: konflik/resolusi
·
Mengidentifikasi sifat konflik, bagaimana dan
kapan konflik muncul
·
Belajar cara-cara konstruktif bagaimana
berhadapan dengan konflik
·
Mengidentifikasi konflik yang berhubungan
dengan tahap-tahap kehidupan
·
Mencoba menerapkan keahlian berkomunikasi
pada momen-momen konflik
·
Mengidentifikasi bagaimana keahlian
konflik/resolusi dapat diterapkan dengan guru, orangtua, atau teman.
Unit 9: Kesehatan
·
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum
dalam masyarakat
·
Mengidentifikasi aspek-aspek positif dalam
menjalani kehidupan yang sehat
·
Membahas bagaimana olahraga, nutrisi, tingkahlaku
positif, dan kebiasaan hidup dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
·
Menyadari sifat-sifat orang yang ”beresiko
tinggi”, seperti: pemakai alkohol dan narkoba, mereka yang frustasi, dan
berpotensi drop-out.
·
Mempelajari nilai kesehatan dan strategi
pencegahan
·
Mempelajari konsekuensi jangka panjang dari
tingkah laku yang kasar
·
Mengembangkan dan mempraktekkan cara-cara
efektif dalam menangani stres.
Unit 10: Pengembangan karir
·
Mempelajari pengaruh dari berubahnya waktu
dalam dunia kerja
·
Mengenali kesempatan kerja dan nilai-nilainya
dalam masyarakat
·
Mengidentifikasi bagaimana pekerjaan,
profesi, dan karir berhubungan dengan minat, kebutuhan, keahlian dan kesempatan
seseorang.
·
Mengidentifikasi tujuan pekerjaan yang belum
pasti
·
Menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi
pilihan kerja
·
Mengenali bagaimana tujuan kerja berhubungan
dengan kesuksesan di sekolah
·
Mengidentifikasi bagaimana tugas-tugas
pekerjaan berhubungan dengan keahlian yang dipelajari di sekolah
Unit 11: Perencanaan pendidikan
·
Mengenali pilihan-pilihan yang tersedia dalam
perencanaan
·
Menggambarkan kebutuhan untuk berencana ke
depan
·
mempelajari bahasa perencanaan pendidikan
(istilah umum)
·
mempelajari konsekuensi dari pelajaran
akademis
·
mengidentifikasi persyaratan akademis dan pilihan-pilihannya
·
mengembangkan rencana pendidikan untuk SMP
atau SMA
·
mendaftar sekolah tahun depan
Unit 12: Keterlibatan masyarakat
·
membangun kebanggaan dalam masyarakat
·
mengidentifikasi tanggungjawab warga
masyarakat
·
melihat nilai-nilai jasa masyarakat yang
dilakukan secara sukarela
·
mengidentifikasi cara-cara di mana orang muda
dapat membantu membuat masyarakat dan sekitarnya menjadi tempat yang lebih baik
·
melihat seseorang sebagai kontributor yang
berharga bagi masyarakatnya
Robert D.
Myrick, Ph.D.
C. Teacher Advisor Program:
sbgai program bimbingan yg penting
Jika guru menjadi bagian dari
program bimbingan sekolah, maka mereka harus punya waktu untuk menemui
siswanya. Pada periode ’homeroom’ atau ’homebase’ waktu dapat disediakan secara
teratur. Guru sebagai konsep pembimbing membuat program bimbingan menjadi lebih
dapat diatur dan mendorong siswa untuk bisa mengambil manfaat dari jasa
bimbingan dan penyuluhan.
Konsep yang sama yang telah terbukti
bermanfaat di SMP, juga bisa diterapkan di SMA. (Sprinthall Sir Erickson, 1974)
Kenyataannya, kita dapat menggunakan istilah TAP (Teacher-Advisor
Program/Program guru-pembimbing) untuk mengacu pada program bimbingan SMP atau
SMA yang melibatkan guru-guru sebagai pembimbing yang bekerja sama dengan
kelompok siswa. (Myrick & Myrick, 1990).
Program guru-pembimbing (TAP)
merupakan istilah umum. Program semacam itu telah dijadikan acuan sebagai
’homebase’ di SMP dan sebagai ’bimbingan kelas’ di SD. TAP merupakan bimbingan
kelompok besar yang dipimpin seorang guru, tanpa memandang siswa duduk di kelas
berapa. Syarat utamanya adalah periode waktu tertentu harus ditetapkan
tersendiri selama minggu bimbingan, atau lebih baik tiap hari, untuk mengetahui
kebutuhan, minat, dan perhatian bimbingan perkembangan orang muda. Program-program
TAP telah memiliki perhatian khusus karena membantu siswa dan yang lainnya
megidentifikasi periode waktu ini.
Guru-guru SD umumnya bekerja dalam
sebuah kelompok mandiri dan berperan sebagai guru-pembimbing terhadap para
siswa mereka. Selama minggu bimbingan atau setiap hari seorang guru kelas dapat
memusatkan perhatiannya pada bimbingan perkembangan melalui pragram yang
dinamakan DUSO-Developing Understanding of Self and Others/Mengembangkan
pemahaman diri dan orang lain (Dinkmeyer & Dinkmeyer, 1970/1982), Waktu
Bicara; atau Waktu pertemuan di kelas.
D. Peranan Konselor dalam Teacher
Advisor Program
Dalam program TAP, guru tidak
diminta untuk menjadi penyuluh atau bertanggungjawab memenuhi semua kebutuhan
siswa akan bimbingan dan penyuluhan (Pilkington br Jarmin, 1977; Trump, 1977).
Beberapa siswa akan perlu dirujuk kepada penyuluh atau spesialis yang lain.
Kemudian para penyuluh akan melanjutkan program dan kegiatan mereka sendiri
selama hari-hari sekolah, tetapi selama periode TAP mereka mungkin akan
memberikan perhatian khusus pada peranan berikut:
1. Konselor akan membantu guru memimpin unit dan sesi bimbingan. Beberapa
guru akan mengajak penyuluh untuk bekerja sama dengan mereka pada waktu
tertentu, termasuk guru yang sangat berhasil. Kemudian di waktu lain, penyuluh
akan bekerja sama dengan guru yang memiliki masalah dalam mengatur kelompok
mereka. Penyuluh dapat memberikan contoh keahlian bimbingan kelompok atau
berperan sebagai konsultan pada guru-guru ini.
2. Konselor akan mengembangkan beberapa unit bimbingan khusus berdasarkan
pada kebutuhan kelompok siswa tertentu. Sebagai contoh, di satu sekolah, siswa
senior melakukan ’bullying’ (penyiksaan; pemerasan) terhadap siswa yunior.
Penyuluh menyiapkan unit bimbingan empat sesi yang mereka berikan pada beberapa
kelompok ’homebase’. Di sekolah lain, masalah ras bisa memicu kekerasan
terhadap siswa dan isu ini dibahas melalui unit bimbingan khusus. Pada
pokoknya, penyuluh mengembangkan suatu ’road-show’ yang mereka tempuh untuk
kelompok TAP.
3. Konselor akan bertemu dengan kelompok kecil siswa untuk penyuluhan
kelompok kecil selama periode TAP. Karena waktu pertemuan TAP ini, penyuluh
mengganggu waktu belajar di kelas untuk bertemu siswa dan memiliki sedikit
masalah penjadualan.
4. Konselor akan menarik siswa yang suka membuat masalah atau yang memiliki
masalah dalam penyesuaian dengan kelompok ’homebase’nya selama waktu TAP dan
memberikan mereka perhatian khusus. Siswa-siswa ini dapat menerima pengalaman
bimbingan dan penyuluhan dari kelompok kecil ataupun besar yang fokus pada
masalah mereka. Pada situasi lainnya, beberapa siswa mungkin perlu mendapat dan
membahas informasi atau materi bimbingan yang bisa mempengaruhi mereka
dibandingkan siswa lainnya. Sebagai contoh, bantuan finansial atau mendaftar ke
perguruan tinggi bisa menjadi topik bagi kelompok yang bertemu dengan penyuluh
selama waktu TAP, terutama pada hari-hari ketika guru-pembimbing tidak
memberikan kegiatan bimbingan.
5. Konselor akan bertemu siswa untuk penyuluhan pribadi. Akan tetapi biasanya
penyuluhan pribadi dialokasikan untuk waktu yang lain sepanjang hari itu,
karena menarik individu-individu dari pelajaran di kelas lebih mudah dibanding
sekelompok siswa. Dengan demikian penekanan kerja penyuluh selama TAP adalah
pada kelompok kecil dan besar, baik itu dengan kelompok guru-pembimbing atau
dengan kelompok penyuluhan yang diatur dari beberapa kelompok guru-pembimbing.
6. Konselor akan bertindak sebagai konsultan dan narasumber bagi para guru.
Jika koordinator TAP (full-time maupun part-time) tidak dipekerjakan di
sekolah, penyuluh sekolah dapat bertindak sebagai pemimpin dan
mengkoordinasikan TAP. Hal ini biasanya dilakukan pada seorang guru yang
bertindak sebagai pendamping ketua atau melalui satu komite. Tetapi penyuluh
memiliki waktu yang fleksibel dan TAP merupakan pusat dari bimbingan
perkembangan yang cenderung melibatkan penyuluh sekolah sebagai ketua dan
koordinator.
7. Selama waktu
TAP penyuluh akan menghindari apapun tugas rutin yang bisa mengalihkan
perhatian mereka dari bekerja sama dengan guru atau siswa. Guru menginginkan
penyuluh menjadi bagian dari TAP dan menyediakan waktunya selama waktu tersebut.
Penting bagi penyuluh untuk dapat diandalkan selama TAP. Peranan penyuluh dan
fungsi kerjanya akan dibahas lebih dalam di bab 4 dan akan lebih mudah melihat
bagaimana peranan dan fungsi ini berkaitan dengan TAP.
E. Membangun Dukungan bagi Teacher
Advisor Program
Meskipun TAP tampak memiliki nilai,
ada beberapa guru SMP dan SMA yang enggan menerapkannya. Sekitar 20% dari
seluruh guru SMP menerima program itu. Para guru ini menyukai ide bimbingan
perkembangan dan mereka memiliki keahlian dan kepribadian yang bisa
mempraktekkan program itu tanpa banyak persiapan. Mereka bisa membuat program
itu berhasil dengan dukungan minimum, karena mereka sangat menikmati kesempatan
untuk membangun hubungan yang dapat membantu siswa.
20% lainnya jelas-jelas menolak dan
bersikap skeptis. Mereka menentang program itu dan melihatnya hanya sebagai
persiapan tambahan buat mereka sendiri. Bagi mereka, TAP buang-buang waktu.
Mereka berusaha meyakinkan yang lainnya bahwa bimbingan seharusnya dilakukan
oleh orang yang ahli, seperti penyuluh dan psikolog sekolah. Kelompok yang
menentang ini memerlukan bantuan khusus atau pelatihan ’in-service’, jika
mereka bisa bersikap suportif dan mau terlibat dalam membangun sebuah program.
Sayangnya, sekitar setengah dari yang 20% ini tidak memiliki kepribadian,
keahlian, minat, ataupun energi untuk membuat program TAP berhasil dan mereka
mungkin perlu diberi tugas lain.
Sekitar 60% guru mampu membuat perbedaan penting. Apa yang membuat mereka
mendukung TAP dan bimbingan perkembangan? Hasilnya tampak bergantung pada hal-hal berikut:
1.
Guru perlu memahami filosofi di balik TAP dan
bagaimana hubungannya dengan bimbingan perkembangan.
Ini mencakup pemahaman kebutuhan siswa dan kesadaran akan masalah siswa.
Ini juga mencakup pengenalan bagaimana bimbingan secara langsung berhubungan
dengan membantu siswa belajar lebih efektif dan efisien dalam kerja akademis
mereka, termasuk membantu mereka tumbuh secara sosial dan pribadi.
2.
Komitmen tersedianya waktu pada kebutuhan
TAP.
Manajemen waktu atau skema organisasi TAP merupakan faktor yang penting.
Kadang-kadang program-program TAP menderita karena pembimbing tidak punya cukup
banyak waktu untuk bertemu siswa-siswanya.
3.
TAP harus memiliki kurikulum bimbingan
perkembangan, dengan materi dan kegiatan yang mendukung.
Para guru terbiasa memiliki acuan kurikulum dan mereka seringkali
tergantung pada aktivitas belajar yang mendorong siswa berpikir dan
berpartisipasi. Karena itu, guru ingin mempunyai buku petunjuk yang tersusun
baik yang mengandung berbagai macam aktivitas yang mungkin bisa digunakan dalam
TAP.
4.
Guru memerlukan persiapan dalam keahlian
bimbingan dan antar-pribadi.
Karena sebagian besar guru tidak memiliki petunjuk bimbingan, banyak guru
tidak memahami bagaimana suatu program bimbingan dikembangkan untuk bisa
memenuhi kebutuhan siswa dan bagaimana beberapa intervensi bimbingan dapat
digunakan untuk membantu siswa. Beberapa guru memiliki keahlian antar-pribadi
yang terbatas dan banyak guru tidak melakukan banyak persiapan bagaimana
mengatur kelompok.
5.
TAP memerlukan dukungan administratif.
Sebagian besar pekerja administrasi mencoba mengakomodasi para guru dan
membuat pengajaran menjadi lebih dapat dinikmati. Mereka menyadari akan
sulitnya mengajar dan bagaimana siswa dan juga guru dapat berpengaruh pada
spirit sebuah sekolah. Beberapa siswa dan guru dapat membuat kerja tiap orang
menjadi lebih sulit dan lingkungan sekolah menjadi tidak menarik.
Pekerja administrasi membentuk suasana sebuah sekolah: gaya dan komitment
pribadi mereka merupakan perekat yang menghubungkan program bersama-sama. Jika
mereka mendukung, maka guru akan bekerja lebih giat. Jika mereka tidak perduli,
maka guru akan mencari tempat lain di mana mereka bisa memanfaatkan waktu dan
tenaga mereka. Karena itu, mereka tidak hanya harus menyampaikan dukungan pada
TAP, tetapi mereka juga harus meluangkan waktu untuk memahami bagaimana TAP
bisa berhasil dan mencari cara untuk menunjukkan dukungan mereka.
6.
TAP harus dievaluasi.
Supaya TAP menjadi program yang dapat diandalkan, program ini harus diawasi
dan dievaluasi. Evaluasi memberikan data mengenai pengambilan keputusan dan
menentukan arah baru, jika ada, yang mungkin diambil. Evaluasi siswa dan guru
mengenai TAP penting dilakukan jika hal itu dapat mengembangkan program secara
progresif ke dalam sebuah program yang efektif.
F. Guru: Kunci Bimbingan Perkembangan
Tidak banyak konselor sekolah dan ahli lain yang menerapkan
program perkembangan, jika mereka hanya memiliki tanggungjawab pada bimbingan.
Bimbingan perkembangan dimungkinkan hanya dengan keterlibatan dan komitmen guru
pada semua level (Myrick, 1987).
Guru merupakan jantung
dari sebuah program bimbingan. Mereka bekerja langsung dengan siswa di dalam
kelas dan hubungan siswa dengan guru mempengaruhi atmosfir sekolah. Mereka
bekerja sebagai penyuluh siswa dan bekerja sama dengan ahli lain untuk membantu
siswa.
Konselor mendukung guru dalam kerja mereka. Mereka
bekerja untuk dan dengan guru. Konselor juga memerlukan bantuan guru jika mereka benar-benar memahami dunia
seorang siswa. Kerjasama guru diperlukan jika penyuluh hendak turut campur
dalam penyuluhan siswa. Supaya kerja penyuluh berhasil, guru harus memahami
lingkup kerja seorang penyuluh dan bagaimana fungsi kerja penyuluh berhubungan
dengan kerja guru dan ahli lainnya.
G. Hubungan Kerja Guru dan Konselor
Beberapa Konselor telah
dikritik oleh guru yang tidak mendukung dan tidak mau bekerja sama. Para guru
ini percaya bahwa penyuluh memiliki dampak yang sangat kecil terhadap kelakuan
siswa. Beberapa dari guru ini lebih memilih penyuluh tidak bekerja sama dengan
siswa dari kelas mereka. Mereka tidak suka mengirim siswa ke kantor bimbingan
dan kadang-kadang menolak untuk melakukannya. Mereka beranggapan bahwa penyuluh
tidak dapat membantu dan menghabiskan waktu di kelas hanya dengan menghukum
siswa.
Ada juga beberapa guru
yang meragukan penyuluh dan mereka tidak ingin penyuluh melakukan observasi
terhadap siswa di kelas mereka. Para guru ini kawatir kalau metode pengajaran
mereka dievaluasi. Beberapa guru bahkan berpikir bahwa penyuluh merupakan ”mata
dan telinga” dari pihak administrasi dan komentar-komentar yang tidak
menyenangkan akan sampai ke kepala sekolah.
Guru lainnya percaya bahwa
penyuluh selalu mendukung siswa dengan merugikan pihak guru. Seorang guru
bilang, ”Penyuluh merupakan tempat mengadu bagi siswa. Mereka percaya semua
yang dikatakan siswa, meskipun sebagiannya tidak benar. Mereka duduk menilai
guru dan selalu berada di pihak siswa. Mereka tidak pernah mendengarkan apa
yang dikatakan guru.”
Jelas sekali bahwa ada
ketidakpercayaan atau ketidaksepemahaman antara guru dan penyuluh sekolah.
Siswa mungkin tidak akan mendatangi penyuluh dan mengeluh tentang gurunya kalau
dia berpikir bahwa dia bisa mendatangi gurunya. Banyak siswa terintimidasi oleh
guru yang menjadi defensif ketika prosedur kelasnya dipertanyakan. Siswa
menjawab dengan, ”Guru tidak pernah mendengarkan kami, jadi mengapa kami harus
bicara dengan mereka.”
Posisi penyuluh berada di tengah-tengah. Tampaknya ada garis tipis antara
mendukung guru dan mendengarkan siswa dengan tidak menghakimi. Tetapi ketika
guru lebih mengetahui bagaimana penyuluh bekerja dengan siswa yang mengeluh
tentang gurunya, mereka tidak terlalu kawatir dan lebih mendukung.
Tantangan sebenarnya bagi
penyuluh dan guru adalah menemukan cara untuk mengkomunikasikan apa yang mereka
yakini tentang bimbingan perkembangan dan menemukan cara bagaimana mereka
bekerja sama untuk membuat pekerjaan mereka lebih mudah. Saat penyuluh dan guru
bicara mengenai perbedaan dan minat bersama, mereka dapat mencapai beberapa
kesepakatan bersama tentang bimbingan dan peran masing-masing dalam program
bimbingan keseluruhan.
Kerjasama tim konselor-guru merupakan hal yang penting dalam
program bimbingan perkembangan. Sebuah hubungan yang terbuka dan saling
mendukung dapat membuat kerja guru dan konselor menjadi lebih mudah dan cepat. Ada rasa saling menghargai yang muncul di
antara peran-peran yang sudah disepakati. Peran itu saling melengkapi dan ada
semangat kebersamaan. Pihak yang satu tidak lebih unggul dibanding pihak
lainnya. Tidak juga seseorang beranggapan bahwa dialah penolong yang paling
penting atau profesional yang paling ahli. Membantu siswa melalui program
bimbingan merupakan pengalaman bersama.
H. Komite Bimbingan Sekolah
Satu cara praktis yang dapat dilakukan oleh penyuluh dan
guru untuk meningkatkan hubungan kerja mereka dan membangun kerangka kerja tim
adalah melalui komite bimbingan sekolah. Komite ini biasanya dijabat oleh
seorang penyuluh dan seorang guru, dan merupakan perwakilan dari staf pengajar
dan jasa pendukung.
Setiap sekolah memerlukan
komite bimbingan. Komite ini membantu mengidentifikasi kebutuhan siswa dan
merekomendasikan berbagai macam program bimbingan dan kegiatan-kegiatannya.
Komite ini berperan seperti saluran di mana informasi diproses oleh penyuluh
maupun guru. Komite ini mencari cara bagaimana semua personil dapat bekerjasama
secara lebih baik.
Ada prosedur-prosedur
tertentu dan praktek-praktek umum yang merupakan bagian dari pelaksanaan
sekolah. Komite bimbingan sekolah mendengarkan ide-ide penyuluh sekolah dan
intervensi penyuluhan yang berbeda yang mereka pikirkan. Jika suatu intervensi
melibatkan guru, maka guru dalam komite bimbingan dapat dimintai pendapatnya.
Mereka berusaha mengantisipasi apa yang mungkin dipikirkan guru lain dan
bagaimana mereka bereaksi. Komite dapat menjadi tempat pertama untuk
mengungkapkan ide dan program baru yang sedang dipertimbangkan.
Komite bimbingan, pada kelas berapapun, dapat:
- me-review
materi bimbingan
- merekomendasikan
strategi dan intervensi bimbingan
- mengidentifikasi
siswa yang memerlukan bantuan khusus
- mempelajari
data siswa untuk mengidentifikasi target populasi yang memerlukan jasa
bimbingan dan penyuluhan
- membantu
mengevaluasi program bimbingan
- mendiskusikan
ide-ide sebelum disajikan kepada seluruh guru
- berperan
sebagai kelompok narasumber bagi penyuluh
Meskipun konselor sering
dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab bagi bimbingan sekolah, pada
kenyataannya program bimbingan merupakan usaha terpadu antara pihak
administrasi, guru, penyuluh, dan personil lain yang mendukung. Konselor tidak
bekerja sendirian. Tetapi ada tanggungjawab dan fungsi tertentu penyuluh yang
dapat mempengaruhi arah program bimbingan. Manajemen fungsi dan tanggungjawab
ini pada akhirnya menentukan gambaran dan keefektifan seorang konselor.
I. Kelebihan, Keterbatasan dan Kongklusinya
1. Kelebihan
Pelaksanaan bimbingan akan membantu siswa secara pribadi,
sosial, dan akademis. Kurikulum dapat disusun ke dalam unit-unit, dengan sesi
bimbingan dalam setiap unitnya untuk membantu memenuhi kebutuhan bimbingan
siswa, waktu di dalam kelas dari segi studi akademis akan lebih produktif dalam
satu tahun pelajaran.
Program guru-pembimbing (Teacher Advisor Program) merupakan bimbingan kelompok besar yang
dipimpin seorang guru, tanpa memandang siswa duduk di kelas berapa, dan
memiliki perhatian khusus karena membantu siswa dan yang lainnya
megidentifikasi periode waktu ini.
2. Keterbatasan
Berkurangnya peran Konselor pada pelaksanaan Teacher Advisor Program (TAP), karena
guru tidak diminta untuk menjadi Konselor atau bertanggungjawab memenuhi semua
kebutuhan siswa akan bimbingan dan Konselor.
Beberapa pandangan yang bersikap skeptis menentang
program itu hanya sebagai persiapan tambahan buat mereka sendiri. Maka Teacher Advisor Program buang-buang waktu. Karena bimbingan seharusnya dilakukan oleh orang yang ahli,
seperti Konselor dan psikolog sekolah.
3. Kongklusi
a. Perlu adanya peran Konselor dalam pelaksanaan Teacher Advisor Program (TAP), yaitu
supaya Konselor bertanggungjawab untuk memenuhi semua kebutuhan siswa akan
bimbingan.
b. Perlu adanya penjelasan riil tugas dan kewenangan
Konselor sehingga pelaksanaan konseling dapat efektif.
c. Layanan bimbingan seharusnya dilakukan oleh orang yang
ahli, seperti Konselor dan psikolog sekolah.
Sumber :
Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation GURU SEBAGAI ADVISOR SISWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar