Selasa, 31 Juli 2012


Chapter Report; Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation


GURU  SEBAGAI ADVISOR  SISWA

A. Fokus Perhatian Guru
Ada kebutuhan bagi para guru untuk dilibatkan secara langsung dalam bimbingan perkembangan. Satu pendekatan yang paling inovatif untuk memenuhi kebutuhan ini adalah melalui program-program di mana para guru ditunjuk untuk menjadi pembimbing siswa dan mereka diberi tugas untuk membimbing sekelompok siswa. Cara ini sering disebut dengan program ’advisor-advisee’ (pembimbing-yang dibimbing) atau program ‘teacher-advisor’ (guru-pembimbing). Program ini ditujukan untuk memberikan bimbingan dewasa berkelanjutan dalam sebuah sekolah (Penkins 1977).
            Konsep guru ‘advisor-advisee’ pertama kali diperkenalkan pada sekolah-sekolah menengah (Daresh & Pautsch 1981). Sekolah menengah memberikan penekanan pada bimbingan perkembangan. Siswa tidak lagi berada dalam kelas dengan satu orang guru seperti ketika berada di sekolah dasar. Sebaliknya, pada umumnya mereka bekerja dalam sebuah tim di mana mereka dapat bertemu dengan guru-pembimbing secara reguler. (Alexander & George, 1981; Michael, 1986).
            Guru memiliki tugas akademis reguler berdasarkan pada minat dan pelatihan, tetapi tiap guru juga memiliki satu kelompok yang terdiri dari 20 siswa yang dibimbing. Jumlah siswa ini bisa kurang atau lebih, tergantung pada jumlah keseluruhan siswa di satu sekolah dan juga jumlah guru dan staf yang bersedia menjadi pembimbing siswa. Rasio yang paling baik adalah sekitar 1-15 siswa, tetapi pada kenyataannya rasio ini dalam beberapa kasus lebih rendah dan bisa mencapai 1-30 ketika ruangan dan personalnya terbatas.
            Tiap siswa diasumsikan membutuhkan orang dewasa yang menyenangkan di sekolah yang bisa memahami dan perduli kepada siswa secara pribadi. Pembimbing bertanggung-jawab untuk membantu siswanya dalam mengatasi masalah perkembangannya. Hubungan pembimbing dengan siswanya merupakan inti dari bimbingan di sebuah sekolah. (Myrick & Myrick, 1990).
            Guru-pembimbing biasanya bertanggung-jawab pada folder kumulatif siswa, folder kerja, pertemuan guru-siswa, pertemuan orang-tua, pengalaman bimbingan kelompok, dan menindaklanjuti laporan kemajuan akademis. Pembimbing juga berkonsultasi dengan guru-guru lain, Konselor sekolah, dan membantu para staf berkenaan dengan siswanya.
            Bimbingan di sekolah menengah (SMP) menerapkan konsep bimbingan perkembangan. Kurikulum bimbingan, yang sebagian besar disampaikan dalam pertemuan ’homebase’, didasarkan pada asumsi bahwa ada pengalaman bimbingan tertentu yang akan membantu siswa secara pribadi, sosial, dan akademis. (Clark & Frith, 1983) Kurikulum tersebut dapat disusun ke dalam unit-unit, dengan sesi bimbingan dalam setiap unitnya. Ada tujuan bimbingan dan aktivitas bimbingan. Ketika ada waktu yang dijadwalkan untuk membantu memenuhi kebutuhan bimbingan siswa, waktu di dalam kelas dari segi studi akademis akan lebih produktif.
            Satu unit bimbingan fokus pada topik tertentu. Unit-unit bimbingan disusun berurutan sesuai dengan kalender bimbingan sekolah dan peristiwa-peristiwa penting dalam satu tahun ajaran.
            Tiap unit bimbingan dapat disusun menurut skema umum enam sesi (S + 1). Di sini, siswa berperan dalam kegiatan bimbingan selama lima sesi dan kemudian satu sesi digunakan untuk membantu mengevaluasi unit tersebut. Hal ini mendorong guru-pembimbing untuk melengkapi satu unit bersama dengan siswanya dalam waktu tiga minggu, bila mereka bertemu dua kali dalam seminggu. Jika evaluasi pada sesi ke keenam menunjukkan bahwa tujuan unit tidak tercapai atau perlu waktu lagi untuk beberapa skill, maka sesi bimbingan tambahan dapat dijadualkan.

B. Guru dan Layanan BK Sekolah dalam Unit Bimbingan Perkembangan – Teacher Advisor Program (TAP)

Unit 1: Perkenalan
·         Membantu pembimbing dan anggota kelompok untuk saling mengenal
·         Membangun hubungan dalam kelompok
·         Meletakkan dasar bagi pertemuan kelompok pembimbing-siswa
·         Membantu siswa belajar bagaimana turut serta dalam sebuah kelompok
·         Membantu siswa melakukan transisi yang positif di sekolah
·         Mengevaluasi buku petunjuk sekolah dan prosedur sekolah

Unit 2: Keahlian dan kebiasaan dalam belajar
·         Mengevaluasi keahlian dan kebiasaan belajar seseorang
·         Mengembangkan waktu yang efektif-perencanaan manajemen
·         Mempelajari dan mempraktekkan keahlian mendengarkan di ruang kelas
·         Mengidentifikasi berbagai macam tes dan situasi tes
·         Mempelajari cara-cara mengatasi rasa gugup dalam tes
·         Memahami indeks prestasi kumulatif (IPK) dan kartu laporan
·         Membahas keahlian sukses sekolah

Unit 3: Evaluasi diri
·         Mengidentifikasi tingkah laku dalam kelas yang berkaitan dengan pencapaian
·         Mengidentifikasi kekuatan seseorang dalam bertingkah laku di ruang kelas
·         Mengidentifikasi tingkah laku di ruang kelas yang perlu ditingkatkan
·         Mengevaluasi hubungan guru-siswa
·         Mengevaluasi kelakuan sekolah, diri sendiri, dan orang lain
·         Menetapkan tujuan dan belajar memonitor kemajuan
·         Mengembangkan penghargaan dari perbedaan pribadi
·         Mengidentifikasi minat, kemampuan, dan keunikan seseorang

Unit 4: Keahlian berkomunikasi
·         Mengidentifikasi dan mempraktekkan keahlian antar-pribadi yang berhubungan dengan kondisi dan model fasilitatif
·         Belajar bagaimana bersikap sensitif dan ”memasuki” orang lain
·         Belajar bagaimana menjadi pendengar yang baik
·         Belajar bagaimana mengklarifikasi dan menggali ide
·         Belajar bagaimana bertanya dan menjawab pertanyaan
·         Belajar cara-cara menghargai dan berhadapan dengan orang lain
·         Mengidentifikasi tingkah laku yang menghambat komunikasi yang efektif
·         Belajar bagaimana menjadi peserta kelompok yang efektif
·         Belajar bagaimana tingkah laku seseorang bisa berpengaruh terhadap orang lain

Unit 5: Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
·         Belajar mengambil keputusan dan memecahkan masalah
·         Belajar bagaimana mengidentifikasi pilihan-pilihan dan konsekuensinya
·         Mengidentifikasi dilema umum kaum remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
·         Menunjukkan bagaimana keahlian pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dapat diterapkan di rumah dan sekolah
·         Mempelajari konsekuensi karena tidak memenuhi kewajiban sekolah dan kewajiban keluarga dan tanggungjawabnya

Unit 6: Hubungan antar teman
·         Mempelajari peranan laki-perempuan dan stereotipe laki-perempuan dalam masyarakat
·         Mengembangkan cara-cara yang positif dalam berinteraksi dengan teman
·         Mengenali kekuatan pengaruh teman
·         Mengevaluasi hubungan teman dan diri seseorang
·         Belajar bagaimana mengembangkan persahabatan
·         Belajar cara-cara untuk bertahan dari (menolak) tekanan teman yang tidak diinginkan
·         Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan dan minat pribadi yang bisa mempengaruhi hubungan

Unit 7: Motivasi
·         Lebih menyadari akan minat, kebutuhan, dan keinginan seseorang
·         Mengenali bagaimana percaya diri dan kelakuan seseorang dihubungkan dengan cara mencapai tujuan
·         Mengenali nilai dari penetapan tujuan pribadi
·         Membedakan antara penghargaan intrinsik dan ekstrinsik
·         Mengidentifikasi teknik-teknik motivasi, seperti penetapan tujuan, monitoring, bicara dengan diri sendiri, langkah nyata, dan berpikir positif
·         Menunjukkan bagaimana keahlian dan praktek nyata berhubungan dengan kesuksesan

Unit 8: konflik/resolusi
·         Mengidentifikasi sifat konflik, bagaimana dan kapan konflik muncul
·         Belajar cara-cara konstruktif bagaimana berhadapan dengan konflik
·         Mengidentifikasi konflik yang berhubungan dengan tahap-tahap kehidupan
·         Mencoba menerapkan keahlian berkomunikasi pada momen-momen konflik
·         Mengidentifikasi bagaimana keahlian konflik/resolusi dapat diterapkan dengan guru, orangtua, atau teman.

Unit 9: Kesehatan
·         Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum dalam masyarakat
·         Mengidentifikasi aspek-aspek positif dalam menjalani kehidupan yang sehat
·         Membahas bagaimana olahraga, nutrisi, tingkahlaku positif, dan kebiasaan hidup dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
·         Menyadari sifat-sifat orang yang ”beresiko tinggi”, seperti: pemakai alkohol dan narkoba, mereka yang frustasi, dan berpotensi drop-out.
·         Mempelajari nilai kesehatan dan strategi pencegahan
·         Mempelajari konsekuensi jangka panjang dari tingkah laku yang kasar
·         Mengembangkan dan mempraktekkan cara-cara efektif dalam menangani stres.

Unit 10: Pengembangan karir
·         Mempelajari pengaruh dari berubahnya waktu dalam dunia kerja
·         Mengenali kesempatan kerja dan nilai-nilainya dalam masyarakat
·         Mengidentifikasi bagaimana pekerjaan, profesi, dan karir berhubungan dengan minat, kebutuhan, keahlian dan kesempatan seseorang.
·         Mengidentifikasi tujuan pekerjaan yang belum pasti
·         Menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan kerja
·         Mengenali bagaimana tujuan kerja berhubungan dengan kesuksesan di sekolah
·         Mengidentifikasi bagaimana tugas-tugas pekerjaan berhubungan dengan keahlian yang dipelajari di sekolah

Unit 11: Perencanaan pendidikan
·         Mengenali pilihan-pilihan yang tersedia dalam perencanaan
·         Menggambarkan kebutuhan untuk berencana ke depan
·         mempelajari bahasa perencanaan pendidikan (istilah umum)
·         mempelajari konsekuensi dari pelajaran akademis
·         mengidentifikasi persyaratan akademis dan pilihan-pilihannya
·         mengembangkan rencana pendidikan untuk SMP atau SMA
·         mendaftar sekolah tahun depan
Unit 12: Keterlibatan masyarakat
·         membangun kebanggaan dalam masyarakat
·         mengidentifikasi tanggungjawab warga masyarakat
·         melihat nilai-nilai jasa masyarakat yang dilakukan secara sukarela
·         mengidentifikasi cara-cara di mana orang muda dapat membantu membuat masyarakat dan sekitarnya menjadi tempat yang lebih baik
·         melihat seseorang sebagai kontributor yang berharga bagi masyarakatnya
Robert D. Myrick, Ph.D.

C. Teacher Advisor Program: sbgai program bimbingan yg penting
            Jika guru menjadi bagian dari program bimbingan sekolah, maka mereka harus punya waktu untuk menemui siswanya. Pada periode ’homeroom’ atau ’homebase’ waktu dapat disediakan secara teratur. Guru sebagai konsep pembimbing membuat program bimbingan menjadi lebih dapat diatur dan mendorong siswa untuk bisa mengambil manfaat dari jasa bimbingan dan penyuluhan.
            Konsep yang sama yang telah terbukti bermanfaat di SMP, juga bisa diterapkan di SMA. (Sprinthall Sir Erickson, 1974) Kenyataannya, kita dapat menggunakan istilah TAP (Teacher-Advisor Program/Program guru-pembimbing) untuk mengacu pada program bimbingan SMP atau SMA yang melibatkan guru-guru sebagai pembimbing yang bekerja sama dengan kelompok siswa. (Myrick & Myrick, 1990).
            Program guru-pembimbing (TAP) merupakan istilah umum. Program semacam itu telah dijadikan acuan sebagai ’homebase’ di SMP dan sebagai ’bimbingan kelas’ di SD. TAP merupakan bimbingan kelompok besar yang dipimpin seorang guru, tanpa memandang siswa duduk di kelas berapa. Syarat utamanya adalah periode waktu tertentu harus ditetapkan tersendiri selama minggu bimbingan, atau lebih baik tiap hari, untuk mengetahui kebutuhan, minat, dan perhatian bimbingan perkembangan orang muda. Program-program TAP telah memiliki perhatian khusus karena membantu siswa dan yang lainnya megidentifikasi periode waktu ini.
            Guru-guru SD umumnya bekerja dalam sebuah kelompok mandiri dan berperan sebagai guru-pembimbing terhadap para siswa mereka. Selama minggu bimbingan atau setiap hari seorang guru kelas dapat memusatkan perhatiannya pada bimbingan perkembangan melalui pragram yang dinamakan DUSO-Develop­ing Understanding of Self and Others/Mengembangkan pemahaman diri dan orang lain (Dinkmeyer & Dinkmeyer, 1970/1982), Waktu Bicara; atau Waktu pertemuan di kelas.

D. Peranan Konselor dalam Teacher Advisor Program
            Dalam program TAP, guru tidak diminta untuk menjadi penyuluh atau bertanggungjawab memenuhi semua kebutuhan siswa akan bimbingan dan penyuluhan (Pilkington br Jarmin, 1977; Trump, 1977). Beberapa siswa akan perlu dirujuk kepada penyuluh atau spesialis yang lain. Kemudian para penyuluh akan melanjutkan program dan kegiatan mereka sendiri selama hari-hari sekolah, tetapi selama periode TAP mereka mungkin akan memberikan perhatian khusus pada peranan berikut:
1.      Konselor akan membantu guru memimpin unit dan sesi bimbingan. Beberapa guru akan mengajak penyuluh untuk bekerja sama dengan mereka pada waktu tertentu, termasuk guru yang sangat berhasil. Kemudian di waktu lain, penyuluh akan bekerja sama dengan guru yang memiliki masalah dalam mengatur kelompok mereka. Penyuluh dapat memberikan contoh keahlian bimbingan kelompok atau berperan sebagai konsultan pada guru-guru ini.
2.      Konselor akan mengembangkan beberapa unit bimbingan khusus berdasarkan pada kebutuhan kelompok siswa tertentu. Sebagai contoh, di satu sekolah, siswa senior melakukan ’bullying’ (penyiksaan; pemerasan) terhadap siswa yunior. Penyuluh menyiapkan unit bimbingan empat sesi yang mereka berikan pada beberapa kelompok ’homebase’. Di sekolah lain, masalah ras bisa memicu kekerasan terhadap siswa dan isu ini dibahas melalui unit bimbingan khusus. Pada pokoknya, penyuluh mengembangkan suatu ’road-show’ yang mereka tempuh untuk kelompok TAP.
3.      Konselor akan bertemu dengan kelompok kecil siswa untuk penyuluhan kelompok kecil selama periode TAP. Karena waktu pertemuan TAP ini, penyuluh mengganggu waktu belajar di kelas untuk bertemu siswa dan memiliki sedikit masalah penjadualan.
4.      Konselor akan menarik siswa yang suka membuat masalah atau yang memiliki masalah dalam penyesuaian dengan kelompok ’homebase’nya selama waktu TAP dan memberikan mereka perhatian khusus. Siswa-siswa ini dapat menerima pengalaman bimbingan dan penyuluhan dari kelompok kecil ataupun besar yang fokus pada masalah mereka. Pada situasi lainnya, beberapa siswa mungkin perlu mendapat dan membahas informasi atau materi bimbingan yang bisa mempengaruhi mereka dibandingkan siswa lainnya. Sebagai contoh, bantuan finansial atau mendaftar ke perguruan tinggi bisa menjadi topik bagi kelompok yang bertemu dengan penyuluh selama waktu TAP, terutama pada hari-hari ketika guru-pembimbing tidak memberikan kegiatan bimbingan.
5.      Konselor akan bertemu siswa untuk penyuluhan pribadi. Akan tetapi biasanya penyuluhan pribadi dialokasikan untuk waktu yang lain sepanjang hari itu, karena menarik individu-individu dari pelajaran di kelas lebih mudah dibanding sekelompok siswa. Dengan demikian penekanan kerja penyuluh selama TAP adalah pada kelompok kecil dan besar, baik itu dengan kelompok guru-pembimbing atau dengan kelompok penyuluhan yang diatur dari beberapa kelompok guru-pembimbing.
6.      Konselor akan bertindak sebagai konsultan dan narasumber bagi para guru. Jika koordinator TAP (full-time maupun part-time) tidak dipekerjakan di sekolah, penyuluh sekolah dapat bertindak sebagai pemimpin dan mengkoordinasikan TAP. Hal ini biasanya dilakukan pada seorang guru yang bertindak sebagai pendamping ketua atau melalui satu komite. Tetapi penyuluh memiliki waktu yang fleksibel dan TAP merupakan pusat dari bimbingan perkembangan yang cenderung melibatkan penyuluh sekolah sebagai ketua dan koordinator.
7.      Selama waktu TAP penyuluh akan menghindari apapun tugas rutin yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari bekerja sama dengan guru atau siswa. Guru menginginkan penyuluh menjadi bagian dari TAP dan menyediakan waktunya selama waktu tersebut. Penting bagi penyuluh untuk dapat diandalkan selama TAP. Peranan penyuluh dan fungsi kerjanya akan dibahas lebih dalam di bab 4 dan akan lebih mudah melihat bagaimana peranan dan fungsi ini berkaitan dengan TAP.

E. Membangun Dukungan bagi Teacher Advisor Program
            Meskipun TAP tampak memiliki nilai, ada beberapa guru SMP dan SMA yang enggan menerapkannya. Sekitar 20% dari seluruh guru SMP menerima program itu. Para guru ini menyukai ide bimbingan perkembangan dan mereka memiliki keahlian dan kepribadian yang bisa mempraktekkan program itu tanpa banyak persiapan. Mereka bisa membuat program itu berhasil dengan dukungan minimum, karena mereka sangat menikmati kesempatan untuk membangun hubungan yang dapat membantu siswa.
            20% lainnya jelas-jelas menolak dan bersikap skeptis. Mereka menentang program itu dan melihatnya hanya sebagai persiapan tambahan buat mereka sendiri. Bagi mereka, TAP buang-buang waktu. Mereka berusaha meyakinkan yang lainnya bahwa bimbingan seharusnya dilakukan oleh orang yang ahli, seperti penyuluh dan psikolog sekolah. Kelompok yang menentang ini memerlukan bantuan khusus atau pelatihan ’in-service’, jika mereka bisa bersikap suportif dan mau terlibat dalam membangun sebuah program. Sayangnya, sekitar setengah dari yang 20% ini tidak memiliki kepribadian, keahlian, minat, ataupun energi untuk membuat program TAP berhasil dan mereka mungkin perlu diberi tugas lain.
            Sekitar 60% guru mampu membuat perbedaan penting. Apa yang membuat mereka mendukung TAP dan bimbingan perkembangan? Hasilnya tampak bergantung pada hal-hal berikut:
1.      Guru perlu memahami filosofi di balik TAP dan bagaimana hubungannya dengan bimbingan perkembangan.
Ini mencakup pemahaman kebutuhan siswa dan kesadaran akan masalah siswa. Ini juga mencakup pengenalan bagaimana bimbingan secara langsung berhubungan dengan membantu siswa belajar lebih efektif dan efisien dalam kerja akademis mereka, termasuk membantu mereka tumbuh secara sosial dan pribadi.
2.      Komitmen tersedianya waktu pada kebutuhan TAP.
Manajemen waktu atau skema organisasi TAP merupakan faktor yang penting. Kadang-kadang program-program TAP menderita karena pembimbing tidak punya cukup banyak waktu untuk bertemu siswa-siswanya.
3.      TAP harus memiliki kurikulum bimbingan perkembangan, dengan materi dan kegiatan yang mendukung.
Para guru terbiasa memiliki acuan kurikulum dan mereka seringkali tergantung pada aktivitas belajar yang mendorong siswa berpikir dan berpartisipasi. Karena itu, guru ingin mempunyai buku petunjuk yang tersusun baik yang mengandung berbagai macam aktivitas yang mungkin bisa digunakan dalam TAP.
4.      Guru memerlukan persiapan dalam keahlian bimbingan dan antar-pribadi.
Karena sebagian besar guru tidak memiliki petunjuk bimbingan, banyak guru tidak memahami bagaimana suatu program bimbingan dikembangkan untuk bisa memenuhi kebutuhan siswa dan bagaimana beberapa intervensi bimbingan dapat digunakan untuk membantu siswa. Beberapa guru memiliki keahlian antar-pribadi yang terbatas dan banyak guru tidak melakukan banyak persiapan bagaimana mengatur kelompok.
5.      TAP memerlukan dukungan administratif.
Sebagian besar pekerja administrasi mencoba mengakomodasi para guru dan membuat pengajaran menjadi lebih dapat dinikmati. Mereka menyadari akan sulitnya mengajar dan bagaimana siswa dan juga guru dapat berpengaruh pada spirit sebuah sekolah. Beberapa siswa dan guru dapat membuat kerja tiap orang menjadi lebih sulit dan lingkungan sekolah menjadi tidak menarik.
Pekerja administrasi membentuk suasana sebuah sekolah: gaya dan komitment pribadi mereka merupakan perekat yang menghubungkan program bersama-sama. Jika mereka mendukung, maka guru akan bekerja lebih giat. Jika mereka tidak perduli, maka guru akan mencari tempat lain di mana mereka bisa memanfaatkan waktu dan tenaga mereka. Karena itu, mereka tidak hanya harus menyampaikan dukungan pada TAP, tetapi mereka juga harus meluangkan waktu untuk memahami bagaimana TAP bisa berhasil dan mencari cara untuk menunjukkan dukungan mereka.
6.      TAP harus dievaluasi.
Supaya TAP menjadi program yang dapat diandalkan, program ini harus diawasi dan dievaluasi. Evaluasi memberikan data mengenai pengambilan keputusan dan menentukan arah baru, jika ada, yang mungkin diambil. Evaluasi siswa dan guru mengenai TAP penting dilakukan jika hal itu dapat mengembangkan program secara progresif ke dalam sebuah program yang efektif.

F. Guru: Kunci Bimbingan Perkembangan
            Tidak banyak konselor sekolah dan ahli lain yang menerapkan program perkembangan, jika mereka hanya memiliki tanggungjawab pada bimbingan. Bimbingan perkembangan dimungkinkan hanya dengan keterlibatan dan komitmen guru pada semua level (Myrick, 1987).
            Guru merupakan jantung dari sebuah program bimbingan. Mereka bekerja langsung dengan siswa di dalam kelas dan hubungan siswa dengan guru mempengaruhi atmosfir sekolah. Mereka bekerja sebagai penyuluh siswa dan bekerja sama dengan ahli lain untuk membantu siswa.
            Konselor mendukung guru dalam kerja mereka. Mereka bekerja untuk dan dengan guru. Konselor juga memerlukan bantuan guru jika mereka benar-benar memahami dunia seorang siswa. Kerjasama guru diperlukan jika penyuluh hendak turut campur dalam penyuluhan siswa. Supaya kerja penyuluh berhasil, guru harus memahami lingkup kerja seorang penyuluh dan bagaimana fungsi kerja penyuluh berhubungan dengan kerja guru dan ahli lainnya.

G. Hubungan Kerja Guru dan Konselor
            Beberapa Konselor telah dikritik oleh guru yang tidak mendukung dan tidak mau bekerja sama. Para guru ini percaya bahwa penyuluh memiliki dampak yang sangat kecil terhadap kelakuan siswa. Beberapa dari guru ini lebih memilih penyuluh tidak bekerja sama dengan siswa dari kelas mereka. Mereka tidak suka mengirim siswa ke kantor bimbingan dan kadang-kadang menolak untuk melakukannya. Mereka beranggapan bahwa penyuluh tidak dapat membantu dan menghabiskan waktu di kelas hanya dengan menghukum siswa.
            Ada juga beberapa guru yang meragukan penyuluh dan mereka tidak ingin penyuluh melakukan observasi terhadap siswa di kelas mereka. Para guru ini kawatir kalau metode pengajaran mereka dievaluasi. Beberapa guru bahkan berpikir bahwa penyuluh merupakan ”mata dan telinga” dari pihak administrasi dan komentar-komentar yang tidak menyenangkan akan sampai ke kepala sekolah.
            Guru lainnya percaya bahwa penyuluh selalu mendukung siswa dengan merugikan pihak guru. Seorang guru bilang, ”Penyuluh merupakan tempat mengadu bagi siswa. Mereka percaya semua yang dikatakan siswa, meskipun sebagiannya tidak benar. Mereka duduk menilai guru dan selalu berada di pihak siswa. Mereka tidak pernah mendengarkan apa yang dikatakan guru.”
            Jelas sekali bahwa ada ketidakpercayaan atau ketidaksepemahaman antara guru dan penyuluh sekolah. Siswa mungkin tidak akan mendatangi penyuluh dan mengeluh tentang gurunya kalau dia berpikir bahwa dia bisa mendatangi gurunya. Banyak siswa terintimidasi oleh guru yang menjadi defensif ketika prosedur kelasnya dipertanyakan. Siswa menjawab dengan, ”Guru tidak pernah mendengarkan kami, jadi mengapa kami harus bicara dengan mereka.”
            Posisi penyuluh berada di tengah-tengah. Tampaknya ada garis tipis antara mendukung guru dan mendengarkan siswa dengan tidak menghakimi. Tetapi ketika guru lebih mengetahui bagaimana penyuluh bekerja dengan siswa yang mengeluh tentang gurunya, mereka tidak terlalu kawatir dan lebih mendukung.
            Tantangan sebenarnya bagi penyuluh dan guru adalah menemukan cara untuk mengkomunikasikan apa yang mereka yakini tentang bimbingan perkembangan dan menemukan cara bagaimana mereka bekerja sama untuk membuat pekerjaan mereka lebih mudah. Saat penyuluh dan guru bicara mengenai perbedaan dan minat bersama, mereka dapat mencapai beberapa kesepakatan bersama tentang bimbingan dan peran masing-masing dalam program bimbingan keseluruhan.
            Kerjasama tim konselor-guru merupakan hal yang penting dalam program bimbingan perkembangan. Sebuah hubungan yang terbuka dan saling mendukung dapat membuat kerja guru dan konselor menjadi lebih mudah dan cepat. Ada rasa saling menghargai yang muncul di antara peran-peran yang sudah disepakati. Peran itu saling melengkapi dan ada semangat kebersamaan. Pihak yang satu tidak lebih unggul dibanding pihak lainnya. Tidak juga seseorang beranggapan bahwa dialah penolong yang paling penting atau profesional yang paling ahli. Membantu siswa melalui program bimbingan merupakan pengalaman bersama.

H. Komite Bimbingan Sekolah
Satu cara praktis yang dapat dilakukan oleh penyuluh dan guru untuk meningkatkan hubungan kerja mereka dan membangun kerangka kerja tim adalah melalui komite bimbingan sekolah. Komite ini biasanya dijabat oleh seorang penyuluh dan seorang guru, dan merupakan perwakilan dari staf pengajar dan jasa pendukung.
            Setiap sekolah memerlukan komite bimbingan. Komite ini membantu mengidentifikasi kebutuhan siswa dan merekomendasikan berbagai macam program bimbingan dan kegiatan-kegiatannya. Komite ini berperan seperti saluran di mana informasi diproses oleh penyuluh maupun guru. Komite ini mencari cara bagaimana semua personil dapat bekerjasama secara lebih baik.
            Ada prosedur-prosedur tertentu dan praktek-praktek umum yang merupakan bagian dari pelaksanaan sekolah. Komite bimbingan sekolah mendengarkan ide-ide penyuluh sekolah dan intervensi penyuluhan yang berbeda yang mereka pikirkan. Jika suatu intervensi melibatkan guru, maka guru dalam komite bimbingan dapat dimintai pendapatnya. Mereka berusaha mengantisipasi apa yang mungkin dipikirkan guru lain dan bagaimana mereka bereaksi. Komite dapat menjadi tempat pertama untuk mengungkapkan ide dan program baru yang sedang dipertimbangkan.
            Komite bimbingan, pada kelas berapapun, dapat:
  1. me-review materi bimbingan
  2. merekomendasikan strategi dan intervensi bimbingan
  3. mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan khusus
  4. mempelajari data siswa untuk mengidentifikasi target populasi yang memerlukan jasa bimbingan dan penyuluhan
  5. membantu mengevaluasi program bimbingan
  6. mendiskusikan ide-ide sebelum disajikan kepada seluruh guru
  7. berperan sebagai kelompok narasumber bagi penyuluh

            Meskipun konselor  sering dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab bagi bimbingan sekolah, pada kenyataannya program bimbingan merupakan usaha terpadu antara pihak administrasi, guru, penyuluh, dan personil lain yang mendukung. Konselor  tidak bekerja sendirian. Tetapi ada tanggungjawab dan fungsi tertentu penyuluh yang dapat mempengaruhi arah program bimbingan. Manajemen fungsi dan tanggungjawab ini pada akhirnya menentukan gambaran dan keefektifan seorang konselor.

I. Kelebihan, Keterbatasan dan Kongklusinya
1. Kelebihan
Pelaksanaan bimbingan akan membantu siswa secara pribadi, sosial, dan akademis. Kurikulum dapat disusun ke dalam unit-unit, dengan sesi bimbingan dalam setiap unitnya untuk membantu memenuhi kebutuhan bimbingan siswa, waktu di dalam kelas dari segi studi akademis akan lebih produktif dalam satu tahun pelajaran.
Program guru-pembimbing (Teacher Advisor Program) merupakan bimbingan kelompok besar yang dipimpin seorang guru, tanpa memandang siswa duduk di kelas berapa, dan memiliki perhatian khusus karena membantu siswa dan yang lainnya megidentifikasi periode waktu ini.


2. Keterbatasan
Berkurangnya peran Konselor pada pelaksanaan Teacher Advisor Program (TAP), karena guru tidak diminta untuk menjadi Konselor atau bertanggungjawab memenuhi semua kebutuhan siswa akan bimbingan dan Konselor.
Beberapa pandangan yang bersikap skeptis menentang program itu hanya sebagai persiapan tambahan buat mereka sendiri. Maka Teacher Advisor Program buang-buang waktu. Karena bimbingan seharusnya dilakukan oleh orang yang ahli, seperti Konselor dan psikolog sekolah.

3. Kongklusi
a. Perlu adanya peran Konselor dalam pelaksanaan Teacher Advisor Program (TAP), yaitu supaya Konselor bertanggungjawab untuk memenuhi semua kebutuhan siswa akan bimbingan.
b. Perlu adanya penjelasan riil tugas dan kewenangan Konselor sehingga pelaksanaan konseling dapat efektif.
c. Layanan bimbingan seharusnya dilakukan oleh orang yang ahli, seperti Konselor dan psikolog sekolah.


Sumber :
Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation GURU  SEBAGAI ADVISOR  SISWA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar